Oleh: Ustad Nouman Ali Khan
“Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an itu sesuatu yg tak diacuhkan.” (Qs. Al-Furqaan[25]: 30)
Meskipun ada keindahan dari kata hadza pd ayat di atas, yg merupakan kebalikan dari dzalika. Dalam ayat di atas, Allah tak berfirman Dzalikal Qur’an, melainkan berfirman Hadzal Qur’an. Hadzal berarti “sesuatu yg dekat.” Artinya Qur’an tersebut ada di hadapan kita, tapi kita tak serius menanggapinya.
Salah satu manfaat retorika dari kata hadza dlm ayat ni adlh pd hari kiamat, Quran akan dijadikan saksi. Bagaikan dlm pengadilan, ada saksinya, dan saksi/bukti itu dibawa ke hadapan hakim, dan dikatakan “Inilah bukti bahwa dia adlh seorang yg bersalah!” Jadi buktinya pd hari kiamat adlh Quran itu sendiri.
Dosa-dosa kita sudah cukup buruk, dan ketika Quran dibawakan sebagai saksi, Rasulullah S.A.W menunjuk Quran tersebut dan bersabda: “sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur'an itu sesuatu yg mahjura. Dan kata mahjura dlm ayat 30 surat al-Furqaan di atas artinya kita melupakan suatu hal, kita benar-benar tak mempedulikan sesuatu dan meninggalkannya. Agar anda lebih paham, saya akan menjelaskannya lebih lanjut. Setiap orang tahu kata Hijrah yg berarti bepergian ke suatu tempat.
Ayat di atas bahkan tak menggunakan kata Matrukan yang artinya “meninggalkan.” Tapi ayat di atas menggunakan kata Mahjura yang berarti “meninggalkan SANGAT JAUH di belakang.” Jadi orang-orang dlm ayat ni tak hanya meninggalkan Al-Qur’an, tapi mereka meninggalkannya SANGAT JAUH di belakang mereka.
Dan saya ingin mengingatkan diri sendiri dan kita semua bahwa kita jauh dari persyaratan yg diinginkan Al-Qur’an. Meskipun kita membaca Quran, tetap saja kita dikatakan ber”hijrah” dari Quran, kita jauh dari Quran. Jika kita membacanya namuna tak melihat perubahan dlm akhlaq kita. Itulah mentalitas dari Bani Israel.
Ngomong-ngomong, ayat di atas ada dlm surat Al-Furqan. Ini bukan surat yg panjang, jadi anda dpt membaca terjemahannya. Yang menakjubkan tentang surat ni adlh ketika kita sampai ke bagian akhirnya. Ayat-ayat terakhirnya adlh tentang akhlaq seperti apa yg seharusnya dimiliki seorang Muslim. Kenapa akhlaq-akhlaq tersebut disebutkan ketika Rasulullah S.A.W mengadu tentang orang-orang yg meninggalkan Quran? Karena seseorang yg tak meninggalkan Quran punya kepribadian/akhlaq yg berbeda. Kepribadian mereka, karakter mereka, aksi mereka, bahkan teman-teman mereka jg berbeda.
Dalam surat Al-Furqaan ayat 72 Allah berfirman: “dan apabila mereka bertemu dgn (orang-orang) yg mengerjakan perbuatan-perbuatan yg tak berfaedah, mereka lalui (saja) dgn menjaga kehormatan dirinya.” Artinya orang-orang yg taat kepada Allah tak ikut-ikutan di menjauh dari pertemanan yg tak berguna.
Jika kita meninggalkan Quran, maka karakter kita pun ikut-ikutan menjadi buruk. Saya merasa umat ni menjadi jauh dari Al-Qur’an, dan kita harus memikirkan hal ini. Putri saya membacakan Quran di rumah dan saya cuma memeriksa tajwidnya. Ketika dia membaca ayatnya, saya mulai menangis. Dia berkata: “Kenapa papa menangis?” Saya berkata: “Karena firman Allah.”
“Apa yg Dia firmankan?”, katanya. Saya berkata: “Allah berfirman bahwa Rasulullah akan mengadu tentang sekumpulan orang yg meninggalkan Quran.” Dia berkata: “Tapi kita tak meninggalkan Quran, kita membacanya.”
Saya berkata: “Andai saja cuma disuruh membacanya, tentunya akan mudah. Kita tak boleh hanya membacanya saja. Kita jg harus MENCINTAI kitab ini.” Dapatkah kita membuktikan bahwa kita mencintai kitab ni MELEBIHI film manapun yg akan tayang di bioskop? Lebih daripada video game manapun? Apakah kita lebih banyak menghabiskan waktu dgn kitab ni daripada apapun? Apakah kita ingin memenuhi persyaratan dari kitab ni melebihi keinginan kita untk memenuhi persyaratan dari orang lain?
Para pemuda ingin terlihat berotot karena mereka melihat gambar binaragawan-binaragawan, gadis-gadis ingin terlihat cantik jelita, kita ingin mendapatkan kekayaan seperti para milyarder, kita mengidolakan orang lain, tapi siapa yg mengidolakan akhlaq yg dijabarkan dlm Quran? Karakter Rasulullah S.A.W ada di dlm Quran.
Kita harus menjadi orang-orang yg menanggapi kitab Allah dgn serius. Semoga Allah Azza wa Jalla menjadikan kita orang-orang yg mencintai kitab ini, dan menjadikannya bagian penting dari hidup kita, sehingga Allah memberikan rahmat dan memberikan barakah dari kitab ini.
Semoga Allah Azza wa Jalla membantu umat Muslim memahami kitab ni sebagaimana seharusnya. Semoga Allah membantu kita sebagai orangtua, bukan hanya mencintai dan memahami kitab ni tapi jg MEMBERIKAN KEMAMPUAN untk mengajarkan kitab ni kepada anak-anak kita, sehingga anak-anak dpt bersaksi untk kita di hari kiamat.
Semoga Allah Azza wa Jalla membantu pembangunan masjid, sekolah, madrasah, dan semua anak yg menghafal Quran. Semoga Allah bukan hanya membantu mereka menghafal Quran, tapi jg membantu mereka memahami tiap kata-kata di dalamnya, dan menghidupi kata-kata itu, dan shalat dgn hati mereka, tak hanya dgn lidah mereka. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yg benar-benar menghidupkan Quran, dan Quran hidup dlm hati kita sebagaimana firman-Nya:
“Sebenarnya, Al Qur'an itu adlh ayat-ayat yg nyata di dlm dada orang-orang yg diberi ilmu.” (Qs. Al-Ankabut[29]: 49)
Semoga Allah membuat ayat-ayat Quran merasuk dlm hati kita semua.

0 Response to "[Kisah Ketaqwaan] Apakah Kita Benar-benar Mencintai Al-Qur'an?"
Post a Comment