fenifuah.blogspot.com - Persamaan pria dan wanita
Penjelasan pemisahan antara makna nilai dan lawanya telah di contohkan oleh ayat-ayat Al Quran yg mengibaratkan ilmu sebagai suatu nilai, sedangkan kebodohan adlh lawan nilai, sedangkan kufur bukan nilai, dan begitu seterusnya. Kehinaan dan kemuliaan, kebahagiaan dgn kesengsaraan, keunggulan dgn kehinaan, kebenaran dgn kebatilan, kejujuran dgn kebohongan, ketaatan dgn kemaksiatan, patuh dgn durhaka, tunduk dgn membangkang, menggunjing dgn tak menggunjing, setia dgn hianat dan lain-lain. Seluruhya merupakan hal-hal yg bernilai dan ang tak bernilai. Dalam sifat-sifat tersebut tak ada masalah pria maupun wanita. Pemisah yg menjelaskan antara hal-hal yg disifati dlm nilai-nilai tersebut mengatakan bahwa nilai-nilai tersebut selamanya tak memiliki jasad, artinya ia bukan berarti orang muslim, orang kafir, orang pintar, orang bodoh, orang taat, orang bermaksiat, orang jujur, seorang pembohong orang mulia / orang hina dan seterusnya.
Sumber Gambar : blingdigital.com
Jika masalah-masalah diatas dikembalikan pd ilmu, baik itu ilmu hushuli maupun ilmu hudhuri, maka dlm hal tersebut tak ada pria maupun wanita, karena sesuatu yg pintar yg disifati dgn ilmu hushuli / ilmu hudhuri bukanlah pria maupun wanita. Karenanya , dlm masalah ilmiah tak ada pembicaraan pria / pun wanita, baik pd sifati maupun disifati. Bahkan dlm masalah-masalah tak boleh dibahas bahwa wanita dan pria itu sama / keduanya berbeda.
Begitu pula dlm masalah akhlak, yg kembali kepada akal praktis. Seperti kehendak, keikhlasan, keimanan, pembenaran, kesabaran, tawakal dan lain-lain. Ia bukanlah pria maupun wanita, artinya, bahwa jika dlm kesabaran tak ada pria maupun wanita, maka orang yg sabar jg tak mengenal jenis pria maupun wanita. Jika seseorang menyebutkan pria / wanita maka hal itu akan berlawanan, karena ia masuk dlm kategori memperlakukan aksiden sebagai subtansi. Baik itu untk menguatkan mengokohkan menafikah dan membatalkan.
Inti pembahasan
Keselamatan yg maknawi merupakan kemuliaan, begitu pula dgn penyakit maknawi adlh kehinaan. Sesuatu yg di sifati oleh kedua hal tersebut adlh hati dan roh. Keduanya bukanlah pria dan wanita.
Sebagian dari hal-hal yg disifati ada yg pria dan ada pula yg wanita, begitulah jasad, bagi yg memiliki jasad pria antara satu dgn yg lainya berbeda. Terkadang kedua jenis tersebut berbeda karena sisi jasadnya, bukan sisi ruhnya inilah berupa kriteria khusus yg pasti dan bukan maksud yg disifati.
Lelaki mau menikahi perempuan, bukan mau memperbudakanya
Aneh jika mesti dipertanyakan kenapa hukum perdata menggunakan sebuah bahasa yg mengindikasikan / mengungkapkan makna bahwa lelaki adlh orang yg meminta perempuan. Pertama pertanyaan ni keliru diarahkan ke hukum perdata.
Sesungguhnya kaitanya dgn hukum kosmos / alam natural. Kedua, sesuatu yg di inginkan tak menjadi harta milik anda dan jg anda tak menjadi pemiliknya. Kalau perempuan dpt menarik perhatian lelaki kepada dirinya di mana pun dia berada, dan apapun keadaanya, itu merupakan puncak superioritasnya.
Kesetaraan Anugerah Material dan spritual
Al Qur’an dlm beberapa ayatnya mengemukakan hukum kesamaan antara wanita dan pria dlm hal perolehan anugerah material dan spritual. Hal ni dpt dilihat pd Firman Allah SWT Q.S Al-hajj yg berbunyi :Sesungguhnya orang-orang yg kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yg telah Kami jadikan untk semua manusia, baik yg bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yg bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yg pedih.
Wanita dlm pandangan Al Qur’an
Wanita memiliki kedudukan yg sangat tinggi Al Qur’an. Tidak pernah ditemukan didalamnya ungkapan yg mengatakan bahwa ia sebagai petunjuk bagi kaum pria saja, karena itu, ketika AlQur’an menjelaskan tentang tujuan risalah Tuhan dan tujuan diturunkanya wahyu, Allah SWT berfirman dlm Surat Al Baqarah 185 :Beberapa hari yg ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yg di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yg hak dan yg bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pd bulan itu, dan barangsiapa sakit / dlm perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yg ditinggalkannya itu, pd hari-hari yg lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yg diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Makna kata manusia dlm Al Qur’an tak terbatas pd jenis dan golongan manusia tertentu, tapi ia mencakup seluruh jenis manusia baik pria maupun wanita semuanya sama.
Imam bin Abi Thalib as mengatakan, wanita adlh tanaman yg berbau harum, dan dia bukan pagar di isi rumah.
Maksudnya wanita adlh tanaman yg berbau harum dan harus memperoleh pendidikan dan diberi beban sebelum pria. Jika tak maka ia akan sia-sia. Hal serupa dikuatkan oleh riwayat dari Imam Ja’far ash-Shadiq as, dimana beliau berkata barang siapa memiliki seorang wanita, maka muliakanlah ia, karena wanita adlh mainan. Barang siapa yg memilikinya, maka hendaknya dia tak menyia-nyiakanya.
Tiga kekuatan jiwa
Al-Qur’an mengelompokan kekuatan yg terdapat dlm diri manusia menjadi tiga jenis bagian, yaitu : daya tarik, daya tolak dan daya pikir. Adapun perangkat akal dan kebodohan yg seluruhnya merupakan kekuatan ruh, jumlah seluruhnya ada seratus lima puluh perangkat. Tujuh puluh lima perangkat akal dan tujuh puluh lima perangkat kebodohan. Sebagian dari perangkat tersebut berkaitan dgn ilmu dan daya pikir. Sebagian yg lain berkaitan dgn daya tarik / yg biasa disebut dgn kekuatan syahwat. Adapun sebagian berkaitan dgn daya tolak yg di kenal dgn kekuatan amarah.
Apa yg kita rasakan dlm diri kita dan yg kita lihat pd orang lain, adlh bahwa seluruh perbuatan manusia tersimpul dlm ketiga kekuatan tersebut diatas. Buku-buku akhlak menegaskan ketiga kekuatan tersebut, karena memang pd dasarnya akhlak berfungsi sebagai pendidik dan penguat jiwa. Setiap aktifitas yg lahir adlh manifestasi dari ketiga kekuatan tersebut.
Manusia berdaya pikir, memiliki daya tarik untk menarik serta memiliki penolak dan kekuatan untk mengelak. Setiap perbuatan manusia kembali pd ketiga kekuatan tersebut, dan adlh merupakan sebuah kebijakan bila manusia dpt mengendalikan ketiga kekuatan tersebut dan mengfusikanya secara proporsional.
Setelah menyebutkan seluruh kemuliaan tersebut, Al- Qur’an membawakan contoh masing-masing dari daya pikir, daya syahwat dan daya amarah tersebut.
Buku Referensi :
Amuli, Jawadi.2005.keindahan dan keagungan wanita, Jakarta : lenteraMuthhari, Murtadha.2009.perempuan dan hak-haknya menurut pandangan Islam, Jakarta : lentera
Penjelasan pemisahan antara makna nilai dan lawanya telah di contohkan oleh ayat-ayat Al Quran yg mengibaratkan ilmu sebagai suatu nilai, sedangkan kebodohan adlh lawan nilai, sedangkan kufur bukan nilai, dan begitu seterusnya. Kehinaan dan kemuliaan, kebahagiaan dgn kesengsaraan, keunggulan dgn kehinaan, kebenaran dgn kebatilan, kejujuran dgn kebohongan, ketaatan dgn kemaksiatan, patuh dgn durhaka, tunduk dgn membangkang, menggunjing dgn tak menggunjing, setia dgn hianat dan lain-lain. Seluruhya merupakan hal-hal yg bernilai dan ang tak bernilai. Dalam sifat-sifat tersebut tak ada masalah pria maupun wanita. Pemisah yg menjelaskan antara hal-hal yg disifati dlm nilai-nilai tersebut mengatakan bahwa nilai-nilai tersebut selamanya tak memiliki jasad, artinya ia bukan berarti orang muslim, orang kafir, orang pintar, orang bodoh, orang taat, orang bermaksiat, orang jujur, seorang pembohong orang mulia / orang hina dan seterusnya.
Sumber Gambar : blingdigital.com
Jika masalah-masalah diatas dikembalikan pd ilmu, baik itu ilmu hushuli maupun ilmu hudhuri, maka dlm hal tersebut tak ada pria maupun wanita, karena sesuatu yg pintar yg disifati dgn ilmu hushuli / ilmu hudhuri bukanlah pria maupun wanita. Karenanya , dlm masalah ilmiah tak ada pembicaraan pria / pun wanita, baik pd sifati maupun disifati. Bahkan dlm masalah-masalah tak boleh dibahas bahwa wanita dan pria itu sama / keduanya berbeda.
Begitu pula dlm masalah akhlak, yg kembali kepada akal praktis. Seperti kehendak, keikhlasan, keimanan, pembenaran, kesabaran, tawakal dan lain-lain. Ia bukanlah pria maupun wanita, artinya, bahwa jika dlm kesabaran tak ada pria maupun wanita, maka orang yg sabar jg tak mengenal jenis pria maupun wanita. Jika seseorang menyebutkan pria / wanita maka hal itu akan berlawanan, karena ia masuk dlm kategori memperlakukan aksiden sebagai subtansi. Baik itu untk menguatkan mengokohkan menafikah dan membatalkan.
Inti pembahasan
Keselamatan yg maknawi merupakan kemuliaan, begitu pula dgn penyakit maknawi adlh kehinaan. Sesuatu yg di sifati oleh kedua hal tersebut adlh hati dan roh. Keduanya bukanlah pria dan wanita.
Sebagian dari hal-hal yg disifati ada yg pria dan ada pula yg wanita, begitulah jasad, bagi yg memiliki jasad pria antara satu dgn yg lainya berbeda. Terkadang kedua jenis tersebut berbeda karena sisi jasadnya, bukan sisi ruhnya inilah berupa kriteria khusus yg pasti dan bukan maksud yg disifati.
Lelaki mau menikahi perempuan, bukan mau memperbudakanya
Aneh jika mesti dipertanyakan kenapa hukum perdata menggunakan sebuah bahasa yg mengindikasikan / mengungkapkan makna bahwa lelaki adlh orang yg meminta perempuan. Pertama pertanyaan ni keliru diarahkan ke hukum perdata.
Sesungguhnya kaitanya dgn hukum kosmos / alam natural. Kedua, sesuatu yg di inginkan tak menjadi harta milik anda dan jg anda tak menjadi pemiliknya. Kalau perempuan dpt menarik perhatian lelaki kepada dirinya di mana pun dia berada, dan apapun keadaanya, itu merupakan puncak superioritasnya.
Kesetaraan Anugerah Material dan spritual
Al Qur’an dlm beberapa ayatnya mengemukakan hukum kesamaan antara wanita dan pria dlm hal perolehan anugerah material dan spritual. Hal ni dpt dilihat pd Firman Allah SWT Q.S Al-hajj yg berbunyi :Sesungguhnya orang-orang yg kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidilharam yg telah Kami jadikan untk semua manusia, baik yg bermukim di situ maupun di padang pasir dan siapa yg bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yg pedih.
Wanita dlm pandangan Al Qur’an
Wanita memiliki kedudukan yg sangat tinggi Al Qur’an. Tidak pernah ditemukan didalamnya ungkapan yg mengatakan bahwa ia sebagai petunjuk bagi kaum pria saja, karena itu, ketika AlQur’an menjelaskan tentang tujuan risalah Tuhan dan tujuan diturunkanya wahyu, Allah SWT berfirman dlm Surat Al Baqarah 185 :Beberapa hari yg ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yg di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yg hak dan yg bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pd bulan itu, dan barangsiapa sakit / dlm perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yg ditinggalkannya itu, pd hari-hari yg lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yg diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Makna kata manusia dlm Al Qur’an tak terbatas pd jenis dan golongan manusia tertentu, tapi ia mencakup seluruh jenis manusia baik pria maupun wanita semuanya sama.
Imam bin Abi Thalib as mengatakan, wanita adlh tanaman yg berbau harum, dan dia bukan pagar di isi rumah.
Maksudnya wanita adlh tanaman yg berbau harum dan harus memperoleh pendidikan dan diberi beban sebelum pria. Jika tak maka ia akan sia-sia. Hal serupa dikuatkan oleh riwayat dari Imam Ja’far ash-Shadiq as, dimana beliau berkata barang siapa memiliki seorang wanita, maka muliakanlah ia, karena wanita adlh mainan. Barang siapa yg memilikinya, maka hendaknya dia tak menyia-nyiakanya.
Tiga kekuatan jiwa
Al-Qur’an mengelompokan kekuatan yg terdapat dlm diri manusia menjadi tiga jenis bagian, yaitu : daya tarik, daya tolak dan daya pikir. Adapun perangkat akal dan kebodohan yg seluruhnya merupakan kekuatan ruh, jumlah seluruhnya ada seratus lima puluh perangkat. Tujuh puluh lima perangkat akal dan tujuh puluh lima perangkat kebodohan. Sebagian dari perangkat tersebut berkaitan dgn ilmu dan daya pikir. Sebagian yg lain berkaitan dgn daya tarik / yg biasa disebut dgn kekuatan syahwat. Adapun sebagian berkaitan dgn daya tolak yg di kenal dgn kekuatan amarah.
Apa yg kita rasakan dlm diri kita dan yg kita lihat pd orang lain, adlh bahwa seluruh perbuatan manusia tersimpul dlm ketiga kekuatan tersebut diatas. Buku-buku akhlak menegaskan ketiga kekuatan tersebut, karena memang pd dasarnya akhlak berfungsi sebagai pendidik dan penguat jiwa. Setiap aktifitas yg lahir adlh manifestasi dari ketiga kekuatan tersebut.
Manusia berdaya pikir, memiliki daya tarik untk menarik serta memiliki penolak dan kekuatan untk mengelak. Setiap perbuatan manusia kembali pd ketiga kekuatan tersebut, dan adlh merupakan sebuah kebijakan bila manusia dpt mengendalikan ketiga kekuatan tersebut dan mengfusikanya secara proporsional.
Setelah menyebutkan seluruh kemuliaan tersebut, Al- Qur’an membawakan contoh masing-masing dari daya pikir, daya syahwat dan daya amarah tersebut.
Buku Referensi :
Amuli, Jawadi.2005.keindahan dan keagungan wanita, Jakarta : lenteraMuthhari, Murtadha.2009.perempuan dan hak-haknya menurut pandangan Islam, Jakarta : lentera
0 Response to "[Kehutanan] Gender Bukan Faktor Penentu Nilai di Sisi Allah SWT"
Post a Comment