This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti

Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti
fenifuah.blogspot.com - eng, tahu nggak, ibu muda cantik yg Jeng ajak bicara ketika pengajian Muharram kemarin sudah meninggal!
Innalillahi wa innailaihi raaji’uun. Sepertinya Jeng Nida tak punya sakit yg serius. Lalu beliau meninggal karena apa Jeng Lis? tanya Ratna penasaran.

Lha, ya itu yg menjadi teka-teki. Katanya tak ada tanda-tanda kalau Jeng Nida mau meninggal. Waktu pagi dan siang hari beliau biasa momong bayinya. Eh, tiba-tiba malam hari meninggal.

Eh, Jeng, bagaimana ya kalau itu terjadi pd kita?

Jangan ngomong gitu ah, ngeri! Lagian anak-anak kita masih kecil. Kasihan kalau tak ada ibunya!

***

Obrolan tersebut menunjukkan betapa misteriusnya kematian. Datangnya tak disangka-sangka, hadirnya pun tak diharapkan. Padahal kita tahu dan sering menyaksikan kejadian alamiah ini.

Kullu nafsin dzaaiqatul-mauut. Tiap-tiap yg berjiwa pasti mati.

Kematian sebenarnya bukanlah hal yg luar biasa. Sebagai wanita, hampir tiap hari kita melihat kematian. Ketika kita memasak ikan / ayam, maka ikan dan ayam tersebut tadinya hidup, lalu mati.

Tapi herannya, banyak di antara kita yg tak bisa mengambil ‘ibrah (pelajaran) dari peristiwa ini. Kematian di sekeliling kita, termasuk dlm rutinitas kerja, tak mampu menggetarkan hati.

Kematian tetangga pun tetap tak memecut hati untk mengingat kematian. Bahkan bencana dahsyat seperti tsunami di Aceh, banjir lumpur di Jember, tanah longsor di Banjarnegara, yg menelan ratusan korban, tak jg menyadarkan kita akan dekatnya kematian. Barulah ketika salah seorang keluarga meninggal dunia, kita tersentak dan merasa sangat kehilangan. Kita merasa bagaikan orang yg paling menderita di dunia. Tak jarang sampai tak sadarkan diri.

Seharusnya, kita senantiasa sadar akan adanya hidup setelah kematian. Dengan begitu kita bisa menyikapi kematian dgn bijaksana.

Anak-anak pun harus diajari apa hakikat kematian itu. Dengan demikian mereka memiliki sikap yg benar ketika menghadapi kematian. Setidaknya, mereka tak trauma berkepanjangan ketika suatu hari orang-orang yg mereka cintai pergi ke alam baka.

Selalu Ingat

Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti punya maksud atas tiap kematian. Buat kita yg masih hidup, kematian tak lain adlh peringatan agar kita tak terlena kepada kehidupan yg semu, lalu lalai dari tujuan hidup yg sebenarnya.

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ù„َا تُÙ„ْÙ‡ِÙƒُÙ…ْ Ø£َÙ…ْÙˆَالُÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ„َا Ø£َÙˆْÙ„َادُÙƒُÙ…ْ عَÙ† Ø°ِÙƒْرِ اللَّÙ‡ِ ÙˆَÙ…َÙ† ÙŠَفْعَÙ„ْ Ø°َÙ„ِÙƒَ فَØ£ُÙˆْÙ„َئِÙƒَ Ù‡ُÙ…ُ الْØ®َاسِرُونَ
ÙˆَØ£َنفِÙ‚ُوا Ù…ِÙ† Ù…َّا رَزَÙ‚ْÙ†َاكُÙ… Ù…ِّÙ† Ù‚َبْÙ„ِ Ø£َÙ† ÙŠَØ£ْتِÙŠَ Ø£َØ­َدَÙƒُÙ…ُ الْÙ…َÙˆْتُ فَÙŠَÙ‚ُولَ رَبِّ Ù„َÙˆْÙ„َا Ø£َØ®َّرْتَÙ†ِÙŠ Ø¥ِÙ„َÙ‰ Ø£َجَÙ„ٍ Ù‚َرِيبٍ فَØ£َصَّدَّÙ‚َ ÙˆَØ£َÙƒُÙ† Ù…ِّÙ†َ الصَّالِØ­ِينَ

Wahai orang-orang yg beriman! Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yg rugi. Dan infaqkanlah sebagian dari apa yg telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Wahai Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menangguhkan (kematian)-ku sedikit waktu lagi, maka aku dpt bersedekah dan aku termasuk orang orang yg saleh.’ (Al-Munaafiqun: 9-10)

Begitulah manusia, tempat lalai dan lupa, selalu menunda-nunda pekerjaan yg baik dan terlalu panjang cita-cita. Ketika ajal mejemput, barulah menyesal karena lupa mempersiapkan hari esok.

Jika diingatkan secara halus tak bisa, perlu peringatan keras (berupa kematian) agar manusia mau introspeksi diri. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Sebaik-baik nasihat adlh kematian. Itulah sebabnya kita dianjurkan untk selalu mengingat mati. Bahkan, ziarah kubur yg dulunya dilarang bagi kaum wanita, kemudian malah dianjurkan, sebagaimana hadits yg diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Baihaqi, seperti kutipan di bawah ini:

Pada suatu hari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah datang dari kuburan. Lalu aku bertanya padanya, Wahai Ummul-Mukminin, darimanakah engkau? ‘Aisyah menjawab, Dari kuburan saudaraku, Abdurrahman.’ Kemudian kutanyakan lagi, Bukankah Rasulullah melarang ziarah kubur? ‘Aisyah menjawab, Benar, beliau pernah melarang ziarah kubur, akan tetapi kemudian beliau menyuruhnya. Adz-Dzahabi mengatakan hadits ni shahih.

Membuat Hidup Optimis

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata, Bila kamu berada pd waktu sore, maka janganlah menantikan waktu pagi. Dan bila kamu berada pd waktu pagi, jangan nantikan waktu sore. Pergunakan masa sehatmu untk menyongsong masa sakitmu, dan pergunakan masa hidupmu untk menyongsong saat kematianmu. (Riwayat Bukhari)

Waktu terus berlalu dan tak bisa diulang kembali. Inilah konsep hidup yg dinamis. Sebagai Muslimah, tiada kata nanti untk berbuat kebaikan. Tiada kamus malas dlm kehidupan.

Dengan selalu mengingat bahwa hidup adlh ladang menanam amal kebaikan, yg akan dituai setelah kematian, bisa menumbuhkan motivasi yg besar untk selalu berkarya. Bukankah sebaik-baik manusia adlh yg banyak manfaatnya untk orang lain?

Nah, seharusnya seorang Muslimah tak perlu takut menghadapi kematian. Justru kematian adlh gerbang menuju hidup yg abadi. Menghadap Ilahi adlh kebahagian sejati. Dengan adanya konsep hidup setelah mati, hidup Muslimah jadi terarah pasti.

Tetapi kita jg dilarang berharap kematian sekalipun penderitaan menimpa bertubi-tubi. Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda, Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu sekalian mengharapkan mati. Karena kalau ia orang baik, maka mungkin masih bisa menambah kebaikannya, dan kalau ia jahat maka mungkin ia akan menghentikan kejahatannya. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Seandainya terpaksa harus menginginkan mati, maka hendaklah berdoa, Allaahumma ahyinii maa kaanatil-hayaatu khairan lii, watawaffanii idzaa kaanatil wafaatu khairan lii (Wahai Allah, lanjutkan hidupku ni kalau hidup ni memang baik bagiku, dan matikanlah aku seandainya mati itu lebih baik bagiku). (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Sejarah telah mencatat begitu banyak Muslimah maju ke medan perang dan tak takut mati. Pada awal perjuangan Islam, justru istri dan putri-putri Nabi menjadi penyokong perjuangan tegaknya Islam. Tak bisa diukur begitu besar pengorbanan yg mereka berikan. Pada kurun waktu berikutnya, tak sedikit Muslimah yg ikut berperang di garis belakang. Bahkan ketika keadaan mendesak, mereka tampil di garis depan.

Pahala menjadi seorang syahidah mampu mengalahkan rasa takut akan kematian. Bila non-Muslim ingin hidup selamanya, maka sebaliknya, Muslimah menantikan syahid di jalan Allah. Tak ada kematian yg sia-sia dlm Islam. Walau mati di tempat tidur, jika diniatkan ibadah, tetap bisa masuk surga. Apalagi yg jelas-jelas ada dalilnya, seperti ibu yg meninggal ketika melahirkan dan sebelum menyapih anaknya.

Jadi, tak ada alasan bagi kita untk takut mati. Yang penting bagaimana kita menyiapkan diri untk menyongsongnya.*

0 Response to "Ingatlah! Suatu Saat, Kecantikan Tak Lagi Berarti"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *