This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

tangisan hati yang terluka

fenifuah.blogspot.com - Menghias Hati dgn Menangis

menangisAndai kalian mengetahui apa yg aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. (HR. Bukhari dan Muslim) Indahnya hidup dgn celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yg jauh lebih besar dari yg ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dgn balasan dan siksa Allah swt.

- Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yg telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yg punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dgn firman-Nya dlm surah Al-An’am ayat 164. …Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yg berdosa tak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan- Nya kepadamu apa yg kamu perselisihkan.

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yg telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dgn jumlah nikmat Allah yg kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dgn mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dgn dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawab kan apa yg telah kita lakukan.

- Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung

Di antara keindahan iman adlh anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yg sebenarnya. Ia datang ke dunia ni tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dgn selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain.

Apa yg kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yg tersalur lewat lingkungan. Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yg menjadi kelaziman bagi tiap orang tua. Kekayaan yg kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua / karena berkah lingkungan yg lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt.

Seperti itulah Allah nyatakan dlm surah Faathir ayat 15 sampai 17, Hai manusia, kamulah yg berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yg Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yg baru (untuk menggantikan kamu). Dan yg demikian itu sekali-kali tak sulit bagi Allah.

- Menyadari bahwa surga tak akan termasuki hanya dgn amal yg sedikit

Mungkin, pernah terangan-angan dlm benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam surga. Pikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. Pasti, pasti saya akan masuk surga, begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahwa, para generasi sekaliber sahabat pun tak pernah aman kalau mereka pasti masuk surga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yg diperintahkan Rasulullah. Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yg ditinggal, harta yg pasti akan disita, dgn satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yg terbaik. Dan itu adlh pilihan yg tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tak disengaja, Allah mempertemukan mereka dgn pasukan yg tiga kali lebih banyak dlm daerah yg bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal sepele: nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih surga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dlm surah Albaqarah ayat 214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yg beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.

- Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih

Apa yg bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dlm tempat luas yg tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dgn izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dlm benak manusia saat itu cuma pd dua pilihan: surga / neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pd hari itu mempunyai urusan yg cukup menyibukkannya. (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya.

Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw. pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yg paling ringan. Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pd hari kiamat ialah seseorang yg di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yg dpt mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tak ada seorang pun yg lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adlh siksaan yg paling ringan bagi penghuni neraka. (HR. Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untk tersentuh dgn kekuasaan Allah yg teramat jelas di hadapan kita. Imam Ghazali pernah memberi nasihat, jika seorang hamba Allah tak lagi mudah menangis karena takut dgn kekuasaan Allah, justru menangislah karena ketidakmampuan itu.

***

tangisan hati yang terlukaJika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (ikutilah Muhammad saw.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. (Ali Imran: 31)

0 Response to "tangisan hati yang terluka"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *