fenifuah.blogspot.com - Tuhan berada di mana? Jika kita tanyakan pd seorang anak kecil, ia akan menjawab: Tuhan ada di langit, sambil menunjukkan telunjuknya ke atas. Menurut mayoritas ulama, jawaban seorang anak kecil ni ternyata benar. Tuhan memang ada di atas (langit) yaitu di ‘arsy -hal ni sekaligus membantah pendapat yg mengatakan Tuhan berada di mana-mana.
Sebenarnya, Tuhan berada di atas, di luar lingkaran langit yg kita kenal yaitu langit pertama sampai langit ketujuh. Sebab, ‘arsy merupakan makhluk Tuhan yg paling besar (QS. An-Nahl: 26) dan paling tinggi, melampaui surga firdaus dan sidratul muntaha yg pernah dijamah oleh
Nabi Muhammad Saw. saat isra mikraj. Nabi Saw. bersabda, "Kalau kalian meminta surga kepada Allah, maka mintalah Firdaus, karena sesungguhnya dia adlh surga yg paling tinggi dan paling tengah, dan atapnya adlh ‘Arsy Allah Yang Rahman."(HR. Bukhari)
Menurut Ibnu Mas’ud, Antara langit yg paling bawah dgn langit berikutnya jaraknya 500 tahun, dan di antara tiap langit jaraknya 500 tahun; antara langit yg ketujuh dgn kursi jaraknya 500 tahun; dan antara kursi dan samudra air jaraknya 500 tahun; sedang ‘arsy berada di atas samudra air itu; dan Allah berada di atas ‘arsy tersebut, tak tersembunyi bagi Allah sesuatu apapun dari perbuatan kamu sekalian.
Ini menunjukkan betapa besar dan tingginya ‘arsy itu. Dari ‘arsy inilah Tuhan mengatur seluruh kehidupan makhluk-Nya, Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (singgasana) untk mengatur segala urusan. (QS. Yunus [10]: 3). Tetapi, kenapa Tuhan harus butuh tempat? Bukankah Tuhan itu Dzat yg tak teraba, sedang tempat berarti sesuatu yg fisicly (terlihat)? Begitu istimewakah ‘arsy, sehingga Tuhan harus berada di sana untk mengatur seluruh roda kehidupan makhluk-Nya?
‘Arsy adlh bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya - ya‘risyu - ‘arsyan yg berarti bangunan, singgasana, istana / tahta. Di dlm al-Qur’an, kata ‘arsy dan kata yg seasal dgn itu disebut 33 kali.
Ulama berbeda pendapat tentang hakekat ‘arsy. Rasyid Ridha dlm Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘arsy merupakan pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta. Penjelasan Rasyid Ridha itu antara lain didasarkan pd QS. Yunus (10): 3, Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy (singgasana) untk mengatur segala urusan.
Jalaluddin as-Suyuthi (pengarang tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur) menjelaskan, berdasarkan hadis yg diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan ‘arsy dan kursi (kedudukan) dari cahaya-Nya. ‘Arsy itu melekat pd kursi. Para malaikat berada di tengah-tengah kursi tersebut.
‘Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu: 1) sungai yg berisi cahaya yg berkilauan; 2) sungai yg bermuatan salju putih berkilauan; 3) sungai yg penuh dgn air; dan 4) sungai yg berisi api yg menyala kemerahan. Para malaikat berdiri di tiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah Swt. Di ‘arsy jg terdapat lisan (bahasa) sebanyak bahasa makhluk di alam semesta. Setiap lisan bertasbih kepada Allah Swt. berdasarkan bahasa masing-masing.
Sedangkan Abu asy-Syaikh berpendapat bahwa ‘arsy itu diciptakan dari permata zamrud hijau, sedangkan tiang-tiang penopangnya dibuat dari permata yakut merah. Di ‘arsy terdapat ribuan lisan (bahasa), sementara di bumi Allah menciptakan ribuan umat. Setiap umat bertasbih kepada Allah dgn bahasa ‘arsy. Pendapat ni berdasarkan hadis Rasulullah Saw. yg diterima Abu asy-Syaikh dari Hammad.
Lebih lanjut tentang asal-usul penciptaan ‘arsy, Abu asy-Syaikh jg meriwayatkan hadis dari asy-Sya‘bi yg menerangkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, ’Arsy itu terbuat dari batu permata yakut merah. Kemudian, satu malaikat memandang kepada ‘arsy dgn segala keagungan yg dimilikinya. Lalu, Allah Swt. berfirman kepada malaikat tersebut,
Sesungguhnya Aku telah menjadikan engkau memiliki kekuatan yg sebanding dgn kekuatan 7.000 malaikat. Malaikat itu dianugerahi 70.000 sayap. Kemudian, Allah menyuruh malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dgn kekuatan dan sayap yg diberikan Allah ke arah mana saja yg dikehendaki Allah. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘arsy. Akan tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula. Hal ni memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘arsy Allah itu.
Gambaran fisik ‘arsy merupakan hal yg gaib, yg tak seorang pun mampu mengetahuinya, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Abbas di dlm riwayat Ibnu Abi Hatim. Ibnu Abbas berkata, Tidak akan ada yg mampu mengetahui berapa besar ukuran ‘arsy, kecuali penciptanya semata-mata. Langit yg luas ni jika dibandingkan dgn luas ‘arsy sama dgn perbandingan di antara luas sebuah kubah dan luas padang sahara.
Meski ‘arsy tak bisa diukur, tapi ia tetap berbatas dan ada garis akhirnya. Sebab, ia jg merupakan makhluk Allah. Bagaimana kita bisa tahu kalau bumi ni berbatas dan ada garis akhirnya? Karena kita bisa melihatnya dari luar bumi yaitu ketika kita berada di langit.
Begitupun, kita akan bisa mengukur batas akhir langit jika kita bisa keluar dari lingkaran langit. Tapi, kita pasti tak akan mampu melakukannya. Karena Nabi Saw. sendiri saat isra mikraj masih berada dlm lingkaran langit. Apalagi, kita mengetahui ukuran ‘arsy. Tapi, kita yakin bahwa ‘arsy pun berbatas seperti halnya bumi dan langit.
Di dlm perbincangan ulama kalam (teolog Islam) persoalan ‘arsy merupakan topik yg kontroversial. Para ulama tersebut memperdebatkan apakah ‘arsy itu sesuatu yg bersifat nonfisik / fisik. Dalam hal ni terdapat tiga pendapat;
Pertama, golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa kata ‘arsy di dlm al-Quran harus dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘arsy, maka arti ‘arsy di sini adlh kemahakuasaan Tuhan. Tuhan merupakan zat yg nonfisik, karenanya mustahil Dia berada pd tempat yg bersifat fisik.
Kedua, golongan Mujassimah / golongan yg berpaham antropomorfisme. Pendapat golongan ni bertolak belakang dgn pendapat pertama. Menurut mereka, kata ‘arsy harus dipahami sebagaimana adanya. Karena itu, mereka mengartikan ‘arsy sebagai sesuatu yg yang bersifat fisik / material.
Ketiga, pendapat yg menyatakan bahwa ‘arsy dlm arti tahta / singgasana harus diyakini keberadaannya, karena al-Quran sendiri mengartikan demikian. Akan tetapi, bagaimana wujud tahta / singgasana Tuhan itu hanya Dia sendiri yg tahu. Akal manusia memiliki keterbatasan untk mengetahuinya. Pendapat ni diyakini oleh golongan Asy‘ariyah.
Terlepas dari berbagai pendapat mengenai hakekat ‘arsy, yg jelas, makhluk Tuhan yg satu ni merupakan tempat Tuhan untk mengatur segala kehidupan yg ada di bumi dan langit. Allah mengontrol segala hajat manusia di bumi dan planet di langit dari ‘arsy ini. Allah memerintahkan malaikat untk menemui Muhammad dan sebagainya dari ‘arsy ini. Sebab, ‘arsy merupakan tempat Tuhan. Tuhan adlh Raja dari segala raja. Seperti halnya raja, maka istana kerajaan Tuhan adlh ‘arsy itu.
Tetapi, bersemayamnya Tuhan janganlah disamakan dgn bersemayamnya manusia. Inilah persoalan pelik tentang Tuhan bersemayam di atas ‘arsy yg tak diketahui oleh manusia. Yang jelas, menurut Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid, Wajib diketahui bahwa sesungguhnya Dia Yang Maha Tinggi dgn kesempurnaan ketinggian-Nya dan kesempurnaan keagungan-Nya tak memungkinkan untk menetap di sesuatupun dari makhluk-Nya. Maka tak boleh dikatakan bahwa Allah berada di surga, tetapi Dia di atas ‘arsy yg merupakan atap Firdaus, sedangkan Firdaus adlh surga yg paling tinggi.
Menurut Ustadz Abu Bakr Anas Burhanuddin, Tuhan berada di ‘arsy tak berarti bahwa Allah membutuhkannya, tapi justru ‘arsy yg membutuhkan Allah seperti makhluk-makhluk yg lain. Dengan hikmah-Nya, Allah menciptakan ‘arsy untk bersemayam di atasnya. Allah Maha Kaya, yg tak membutuhkan apapun.
Maha Suci Allah!
Epholic
other source : http://epholic.blogspot.com, http://tribunnews.com, http://reddit.com
0 Response to "[Alam Gaib] 'Arsy Tuhan dalam Perdebatan"
Post a Comment