This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Arasy & Pengertian Nya dalam Alqur’an - Motivasi

fenifuah.blogspot.com - Arasy Dan Pengertian nya dlm Alqur’an
Arasy & Pengertian Nya dalam Alqur’an

inna rabbakumu allaahu alladzii khalaqa alssamaawaati waal-ardha fii sittati ayyaamin tsumma istawaa ‘alaa al’arsyi yughsyii allayla alnnahaara yathlubuhu hatsiitsan waalsysyamsa waalqamara waalnnujuuma musakhkharaatin bi-amrihi alaa lahu alkhalqu waal-amru tabaaraka allaahu rabbu al’aalamiina

Arti secara harfiah

[7:54] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yg telah menciptakan langit dan bumi dlm enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yg mengikutinya dgn cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yg telah menciptakan langit dan bumi dlm enam masa, lalu Dia Istawa di atas Arasy

- Qs. 7 al-A’raf : 54

Sementara Lafadz Istiwa dan arasy tersebut dlm terjemahan di atas tak diterjemahkan dulu untk kita mencoba menterjemahkannya nanti setelah melakukan pendekatan bahasa dan ditimbang dgn penjelasan-penjelasan ayat lain yg berkenaan dgn istilah itu. Mudah-mudahan ni akan mewakili sudut pandang Alqur’an itu sendiri yg objektif ilmiah tentang makna dari Istawa dan Arasy tersebut di atas.

Sudah terjadi perbedaan sudut pandang antara ulama tradisional dgn ulama kontemporer dlm menafsirkan istilah Istawa dan Arasy ini. Yang mana para ulama tradisional lebih cenderung memahami Istawa dan Arasy ni sebagai Bersemayamnya Allah diatas suatu singgasana Allah dimana dari singgasana-Nya inilah Allah mengendalikan kekuasaan-Nya atas semua makhlukNya, tapi para ulama tersebut jg dlm hal ni lebih memilih untk tak melakukan pembahasan lebih lanjut dan cukup hanya dgn keimanan saja dan merupakan sesuatu yg tabu sehingga itu menjadi rahasia ALLAH.

Sedangkan ulama lain yg lebih maju dan modern menolak penafsiran lafadz Istiwa dan Arasy itu bersemayam di atas Arasy seperti yg telah disebutkan di atas karena pendapat mereka ALLAH SWT itu adlh Khaliq (Pencipta) tak membutuhkan tempat, ruang dan waktu. Jika dikatakan bahwa ALLAH bersemayam diatas ‘Arsy maka seolah-olah ALLAH memiliki wujud yg sama seperti makhluk-Nya yg memerlukan tempat tinggal dan tempat bernaung, padahal ALLAH Maha Suci dan Maha Mulia dari semua itu !

Tidak ada sesuatu apapun yg sama dengan-Nya

Untuk ni mari kita melakukan pemaknaan Istawa dan arasy ni dari sudut bahasa, diawali dari pembentukan katanya lalu menginjak kepada pembahasan teori pembentukan kalimatnya dan didukung oleh ayat-ayat lain yg terkait masalah tersebut, baru terakhir kita bisa mengambil pengertian dan makna yg mendekati objektif (Haq) dari ayat tersebut di atas.

Pertama yg akan kita bahas adlh kata Istawa Fi’il Madhi (kata kerja bentuk lampau, telah, sudah) dgn dhomir (Kata Pengganti Nama Subjek) Huwa (DIA) dgn demikian untk kata ni maknanya menjadi Dia telah melakukan Istawa, Kata Istawa ni ini berasal dari kata سؤئ sawaa / sawaya (tsulatsi Mujarrad) kata yg terdiri dari tiga huruf Aseli, Sin Wawu dan Ya; arti kata tersebut menurut kamus bahasa Arab adlh : Sama, serupa, seimbang; Perlu diketahui bahwa kata Sawa tersebut termasuk kategori kata Lazim / intransitive, kata yg tak memerlukan objek; Untuk bisa menjadi kata yg memerlukan objek / transitif maka harus melalui proses pemindahan pola / wazan, istilah pesantrennya yaitu dita’diyahkan dari tiga huruf Pokok (Tsulatsi mujarrad) menjadi Tiga Huruf Pokok Plus (Tsulatsi Mazied), kata Sawa tersebut mendapat tambahan dua huruf yaitu Alif di awalnya dan huruf Ta setelah huruf Sin sehingga yg tadinya kata سؤئ sawaa, pd pola/wazan Ifta’ala, menjadi إستؤئIstawa

Perpindahan pola dari Tsulatsi Mujarrad menjadi Tsulatsi Mazied di dlm tatabahasa Arab dan / Alqur’an ni salahsatunya adlh perubahan makna dari Kata Intransitif menjadi kata yg bermakna Transitif, untk kata sawa yg mempunyai arti sama, serupa. seimbang maka setelah menjadi Kata Kerja Telah Istawa (Fi’il Madhi) dgn dhomir Huwa (DIA) artinya sebagai berikut : ‘Dia Telah Memberi keseimbangan’.

Selain merubah dari Intransitif menjadi transitif, ada jg yg merupakan kebutuhan untk makna lain seperti menjadi bermakna saling (lil Musyarakah), meminta ampun (Liththolab) dlsb.

Contohnya : Kata قتل qatala (tsulatsie Mujarrad) yg mempunyai arti membunuh dipindah pola menjadi tambah Alif setelah huruf Qaf wazannya adlh Faa’ala menjadi قاتل Qaatala, sehingga maknanya pun berubah menjadi Perang, perang adlh istilah lain dari kata saling membunuh; dgn demikian salah satu perubahan dari tsulatsie mujarrad menjadi tsulatsi mazied atas pola Faa’ala diantaranya adlh memberikan tambahan arti Saling pd kata tersebut.

Contoh kedua : Kata غفر (tsulatsie Mujarrad) yg mempunyai arti robah, ampun dlsb. Dirubah dgn menambah tiga huruf tambahan yakni Alif Sin dan Ta di awalnya Wazannya Istaf’ala menjadi kata إستغفر sehingga makna baru dari kata tersebut adlh menjadi Meminta perubahan / Meminta ampun, memohon perubahan; sehingga kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perubahannya adlh karena makna yg dibutuhkan adlh menyisipkan kata Meminta / memohon atas kata tersebut.

Selain itu kita jg sudah sangat mengenal sekali dgn istilah Khatulistiwa yg merupakan garis tengah bumi. Kata tersebut itu berasal dari Bahasa Arab dan terdiri dari dua kata yakni Khat yg berarti garis dan al-Istiwa yg artinya tengah-tengah, keseimbangan (bukan persemayaman hehe). maka Khatulistiwa ialah garis tengah bumi yg melintang pd bola dunia dan merupakan sebuah kawasan/area yg membelah bumi menjadi pemisah antara kutub utara dan kutub Selatan yg merupakan sesuatu yg memberi keseimbangan bumi dari pengaruh dua Kutub.

Kembali kepada pembahasan kita, setelah kita melakukan pendekatan dari sudut bahasa terutama pd teori pembentukan-kata tak lagi kita bisa menterjemahkan Istawa tersebut dgn bersemayam, karena terjemahan itu tak representative lagi bahkan tak bisa dipertanggung jawabkan, sehingga timbul pertanyaan lagi, bagaimana bisa kata Istawa diartikan bersemayam, dan lebih tak masuk akal lagi ketika kata bersemayam itu di tujukan kepada Allah yg notabene Maha Suci, Maha besar, maha segalanya. Tapi itulah kenyataan yg ada, biarlah mereka-mereka / beliau-beliau / para cendekia yg akan mempertanggung jawabkannya dihadapanNYA.

Setelah istilah Istawa kita coba urai, kita akan menginjak kepada pembahasan istilah Arsy / Arasy yg terdapat dlm ayat tersebut dan merupakan gandengan kata Istawa itu sendiri. Untuk pembahasan kata Arsyun ni tak begitu rumit dibanding ketika menjelaskan pembentukan kata Istawa.

Arsyun / Arsy. Seperti pd umumnya semua kata dlm bahasa Arab itu dibentuk dari tiga huruf pokok yakni Ain, Ra dan Syin عرش menjadi kata Arasya Fi’il Madhi (kata kerja telah) yg artinya DIA telah membangun, mencipta / membuat, sedangkan kata Arsyun adlh merupakan Mashdar (Kata benda) dari kata kerja arasya tersebut, Kalau arasya diterjemahkan membangun maka kata benda dari kata membangun adlh Bangunan. Sehingga kata Arsyun secara harfiyah adlh bangunan.

Dalam teori kalimat kata benda dibedakan dlm dua bentuk sifatnya :

Pertama yg sifatnya masih umum bentuknya Lazim (Infinite) contoh dlm bhs Inggris ‘a book’ artinya bahwa buku itu masih umum, belum mempunyai embel2, belum punya nama dlsb. Kalau dlm bahasa Arab / Alqur’an kata benda itu ditandai dgn harakat tanwin; Untuk kata Arasy (arsyun) artinya bangunan yg masih umum.

Kedua adlh yg bentuk sifatnya sudah khusus, tertentu, ditunjuk, bentuknya Ma’rifat (Definite) contoh dlm bhs inggris ‘the book’ artinya bahwa buku itu sudah khusus, sudah mempunyai nama / tertentu / ditunjuk; kalau dlm bahasa Arab / Alqur’an kata benda itu ditandai dgn tambahan أل Alif Lam; Untuk kata Arasy tadinya Arsyun ditambah huruf Alif dan Lam didepannya sehingga berbunyi ألعرش Al-‘Arsyu otomatis Artinya menjadi definitif Bangunan itu / ma’rifat, sudah menunjuk suatu bangunan tertentu (yang ditunjuk).

Sekarang kita mencoba menggabungkan antara kata Istawa dgn kata Arsyun, disisipi olek salah satu jenis bentuk kata sandang حرف جر Harf Jar yakni على ‘Ala yg artinya atas, pd / diatas, tiga kata tersebut menjadi sepotong anak kalimat Istawa Ala Al-Arsyi untk ni kita mencoba terjemahkan dgn metode pendekatan bahasa seperti sudah kita bicarakan di atas; menjadi artinya sebagai berikut DIA Allah SWT telah memberi keseimbangan atas Bangunan itu.

Coba kita sisipkan terjemahan ni kepada rangkaian terjemahan yg sudah ada :

[7:54] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yg telah menciptakan langit dan bumi dlm enam masa, lalu DIA Allah SWT telah memberi keseimbangan atas Bangunan itu (langit dan bumi). Dia menutupkan malam kepada siang yg mengikutinya dgn cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Coba bandingkan dgn terjemahan yg sudah umum, DIA Allah SWT telah Bersemayam di Arsy.

Lebih objektif mana, lebih representative mana, lebih masuk akal yg mana?

Shadaqallaahul adhiem

Sumber : http://imansyah1408.wordpress.com/2010/05/04/arasy/

Rahasia Dan Kekuatan Ilmu Hikmah
Judul: Arasy Dan Pengertian nya dlm Alqur’an;

other source : http://youtube.com, http://fb.com, http://ilmuamalan.blogspot.com

0 Response to "Arasy & Pengertian Nya dalam Alqur’an - Motivasi"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *